NAMA :MUH WAHYUDI

NIM :240907501010



  1. APA ITU INFLASI

Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

  1. Penyebab inflasi

Penyebab inflasi adalah jumlah uang yang beredar meningkat sehingga harga barang ikut naik. Kebijakan moneter yang longgar membuat peredaran uang terlalu besar dibanding ukuran perekonomian. Dengan banyaknya uang yang beredar, nilai unit mata uang akan berkurang. Hal ini membuat harga naik, sementara daya beli masyarakat turun. Hubungan antara jumlah uang dan inflasi merupakan teori kuantitas uang. Penyebab inflasi yang lain karena permintaan dan penawaran.

Menurut Jain, dkk(2022), inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi ketika permintaan akan suatu barang atau jasa tinggi sementara pasokan dari barang atau jasa tersebut terbatas. Sedangkan, inflasi tarikan biaya (cost push inflation) merupakan inflasi yang disebabkan oleh penawaran akan suatu barang mengalami penurunan sebagai akibat dari kenaikan biaya produksi suatu barang atau jasa tertentu. 

  1. Jenis jenis inflasi

Perlu ketahui bahwa ada banyak sekali jenis inflasi, yaitu:

  1. Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya

Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi terbagi menjadi inflasi ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Berikut ini adalah ulasannya:

  1. Inflasi Ringan
    Inflasi ringan tidak begitu mengganggu kondisi perekonomian karena berbagai harga produk hanya akan mengalami kenaikan secara umum. Kenaikan yang terjadi pada inflasi ringan ini berada di bawah 10% per tahun.


  1. Inflasi Sedang
    Inflasi sedang ini bisa membahayakan kegiatan perekonomian karena bisa menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah mempunyai penghasilan tetap. Kenaikan harga yang terjadi pada inflasi sedang ini sekitar 10% hingga 30% per tahun.


  1. Inflasi Berat
    Inflasi berat ini bisa mengganggu kegiatan perekonomian, karena masyarakat sudah tidak lagi ingin menabung di bank karena bunganya lebih kecil daripada laju inflasi. Kenaikan harga yang terjadi pada inflasi berat ini sekitar 30% hingga 100% per tahun. Inflasi yang terjadi di indonesia pada tahun 19 lalu termasuk ke dalam inflasi berat. Bahkan, inflasi yang terjadi saat ini mencapai angka 77,63% yang disebabkan karena krisis moneter.


  1. Inflasi Sangat Berat
    Inflasi sangat berat merupakan inflasi yang sudah sangat sulit untuk dikendalikan karena kenaikan harga yang terjadi berada diatas 100% per tahun.


  1. Jenis Inflasi Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, inflasi terbagi menjadi inflasi merayap, inflasi menengah, dan inflasi tinggi. Berikut ini adalah penjelasannya:

  1. Inflasi Merayap (Creeping Inflation)
    Inflasi merayap ditandai dengan adanya laju inflasi yang rendah, yang mana terjadi kenaikan harga yang berjalan secara lambat dengan persentase yang cenderung kecil serta dalam kurun waktu lama.


  1. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
    Jenis inflasi ini ditandai dengan adanya kenaikan harga yang cukup tinggi dan mempunyai sifat akselerasi yang terjadi dalam kurun waktu singkat. Itu artinya, berbagai harga yang terjadi pada minggu atau bulan sekarang lebih tinggi dari harga di minggu atau bulan lalu. Lalu, di minggu atau bulan depan harga tersebut akan meningkat kembali, begitu juga seterusnya. Dampak yang akan dirasakan adalah kondisi perekonomian yang semakin susah dan berat.


  1. Inflasi Tinggi (Hyperinflation)
    Inflasi yang tinggi ditandai dengan adanya laju inflasi yang parah dan juga tinggi. Inflasi ini akan membuat masyarakat enggan menyimpan uangnya di bank. Perputaran uang juga akan terjadi secara cepat dan harga-harga akan terus mengalami akselerasi. Umumnya, kondisi ini terjadi karena pemerintah pusat mengalami defisit anggaran, seperti dalam kondisi perang yang ditutup dengan mencetak uang.


  1. Jenis Inflasi Berdasarkan Asalnya


  1. Inflasi yang Berasal dari Dalam Negeri (Domestic Inflation)
    Contoh sederhana dari domestic inflation adalah seperti ketika terjadi defisit anggaran secara terus menerus, gagal panen, dan lain sebagainya. Dalam kondisi tersebut, umumnya pihak pemerintah akan memberikan instruksi pada Bank Indonesia untuk mencetak uang baru dengan jumlah yang besar agar bisa memenuhi kebutuhan pemerintah. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi di dalam negeri adalah meningkatnya biaya produksi dalam negeri dan meningkatnya permintaan masyarakat pada barang, sedangkan kenaikan penawarannya tidak bisa diimbangi.


  1. Inflasi yang Berasal dari Luar Negeri (Imported Inflation)
    Inflasi yang berasal dari luar negeri ini terjadi karena inflasi yang terjadi di luar negeri itu sendiri, sehingga membuat harga barang-barang impor meningkat. Jenis inflasi ini umumnya dialami oleh beberapa negara yang sedang berkembang dan umumnya sebagian besar produksinya menggunakan bahan serta alat dari luar negeri.


  1.  Dampak Inflasi
    terdapat beberapa dampak inflasi, yaitu:

    1. Berkurangnya Daya Beli

Ketika terjadi inflasi, harga barang dan jasa akan naik sehingga uang yang dimiliki masyarakat memiliki nilai riil yang lebih rendah. Masyarakat perlu mengeluarkan lebih banyak uang untuk barang atau jasa yang sama. Konsumen atau masyarakat dengan pendapatan rendah atau pendapatan yang tetap selama inflasi akan mengalami penurunan standar hidup. Masyarakat akan lebih hemat dalam pengeluaran. Hal ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

2. Suku Bunga Lebih Tinggi

Ketika terjadi inflasi, bank sentral akan meningkatkan suku bunga acuan sebagai usaha untuk mengendalikan inflasi. Kenaikan suku bunga akan membuat biaya pinjaman uang bagi konsumen akan meningkat sehingga belanja konsumen akan berkurang. Rata-rata konsumen menggunakan pinjaman untuk pembelian besar, seperti rumah atau kendaraan. Kenaikan suku bunga akan berdampak pada konsumsi belanja rumah tangga. Hal ini akan menghambat laju investasi dan perekonomian suatu negara.

3. Penyusutan Nilai Uang

Ketika harga semakin mahal, dampak inflasi akan dirasakan oleh semua orang. Orang-orang tentu perlu membeli makanan dan listrik, tetapi dengan peningkatan harga, pemenuhan kebutuhan hidup semakin sulit. Nilai uang tunai yang disimpan dalam bentuk tabungan atau investasi juga akan memiliki nilai yang rendah. Tabungan dan investasi bisa habis untuk memenuhi kebutuhan pokok dan perputaran uang tidak berjalan. Hal ini dapat berdampak pada industri maupun pada perekonomian.

4. Pertumbuhan Ekonomi Melambat

Dengan berkurangnya nilai uang, masyarakat dan industri bisnis akan lebih berhati-hati dalam pengeluaran dan investasi. Penurunan permintaan konsumen dapat mengancam produksi barang dan jasa. Perekonomian di kancah pasar global juga akan terhambat dengan kurangnya daya saing ekonomi. Harga dalam negeri naik sehingga barang dari negara inflasi menjadi mahal. Hal ini dapat mengurangi ekspor dan dapat mengganggu persaingan pasar internasional.


5. Tindakan Anti-Inflasi Dapat Menyebabkan Resesi

Pemerintah dan bank sentral perlu mengambil tindakan anti-inflasi ketika inflasi tinggi. Mereka dapat menaikkan suku bunga atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Namun, hal tersebut dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Menaikkan suku bunga akan membuat konsumen mengurangi belanjanya karena biaya pinjaman lebih mahal. Hal tersebut akan menghambat bahkan menyebabkan penurunan output ekonomi, yang disebut dengan resesi.

  1. Cara Mengatasi Inflasi


  1. Kebijakan Moneter yang Ketat

Bank sentral dapat mengadopsi kebijakan moneter yang ketat untuk mengendalikan inflasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menaikkan suku bunga, mengurangi pasokan uang yang beredar, atau menjual surat berharga pemerintah untuk menarik uang dari pasar. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mengurangi pengeluaran konsumen dan investasi, sehingga mengendalikan permintaan dan inflasi.

  1. Kebijakan Fiskal yang Ketat

Pemerintah dapat mengadopsi kebijakan fiskal yang ketat untuk mengurangi pengeluaran dan menyeimbangkan anggaran. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi belanja publik, meningkatkan pajak, atau mengurangi subsidi yang dapat menyebabkan tekanan inflasi.

  1. Pengendalian Upah

Kenaikan upah yang terlalu cepat dapat mendorong inflasi. Pemerintah dapat bekerja sama dengan serikat pekerja dan pengusaha untuk menetapkan kebijakan upah yang wajar dan sesuai dengan produktivitas ekonomi, sehingga mengurangi tekanan inflasi.

  1. Intervensi Pasar

Pemerintah dapat melakukan intervensi langsung di pasar untuk mengendalikan harga barang dan jasa tertentu yang memiliki dampak signifikan terhadap inflasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur harga, mengimpor barang, atau mengurangi tarif pada barang-barang tertentu untuk mengurangi tekanan inflasi.

  1. Peningkatan Produksi dan Produktivitas

Meningkatkan produksi dan produktivitas ekonomi dapat membantu mengurangi tekanan inflasi. Dengan meningkatkan pasokan barang dan jasa, permintaan dapat terpenuhi tanpa menimbulkan tekanan harga yang signifikan.

  1. Peningkatan Investasi dan Inovasi

Mendorong investasi dan inovasi dalam sektor ekonomi yang penting dapat membantu meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi, sehingga mengurangi tekanan inflasi. Inovasi teknologi juga dapat membantu mengurangi biaya produksi dan meningkatkan produktivitas.

  1. Pendidikan dan Kesadaran Publik

Pendidikan ekonomi dan kesadaran publik tentang inflasi dapat membantu mengurangi tekanan inflasi. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang inflasi, masyarakat dapat mengatur pengeluaran mereka dengan bijak dan pengusaha dapat mengatur harga mereka dengan wajar.


  1. APA ITU DEFLASI

Deflasi adalah suatu kondisi ekonomi di mana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu. Berbeda dengan inflasi, yang ditandai dengan kenaikan harga secara terus-menerus, deflasi menunjukkan penurunan harga yang terus-menerus. Penurunan harga ini sering kali disebabkan oleh penurunan permintaan terhadap barang dan jasa, peningkatan efisiensi produksi, atau peningkatan pasokan barang dan jasa di pasar. 

Meskipun terdengar menguntungkan karena harga-harga menjadi lebih murah, deflasi sebenarnya dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap perekonomian, seperti menurunnya pendapatan bisnis, meningkatnya pengangguran, dan penurunan investasi. Dalam jangka panjang, deflasi dapat menimbulkan siklus ekonomi yang sulit untuk diatasi.


  1. Penyebab Deflasi

Deflasi dapat dipicu oleh berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam perekonomian, di antaranya:

  1. Peredaran Uang Menurun

Faktor utama penyebab deflasi adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat menurun. Umumnya penurunan peredaran uang ini disebabkan peningkatan suku bunga bank. Karena bank menetapkan kebijakan suku bunga yang tinggi, maka masyarakat memutuskan untuk menyimpan uangnya saja alias menabung daripada harus membelanjakan uangnya. Berangkat dari sanalah maka peredaran uang di pasar ikut menurun.

  1. Permintaan Produk di Pasar Menurun

Ketika masyarakat menahan pengeluaran dan mengurangi konsumsi, permintaan terhadap barang dan jasa menurun. Produsen, untuk mendorong penjualan, akan menurunkan harga produk mereka. Lama kelamaan, pengusaha akan mengurangi produksi barang atau jasanya sesuai kondisi yang terjadi di pasar.

  1. Kelebihan Produksi (Oversupply)

Jika pasokan barang lebih banyak daripada permintaan, harga akan cenderung turun untuk mengurangi persediaan yang menumpuk di pasar. Terutama jika produksi barang tersebut masih dalam jumlah normal sebelumnya. Itu artinya, ada penumpukan produk di gudang untuk jumlah yang begitu banyak. Untuk mengurangi volume produk yang mengendap di gudang tersebut, pengusaha atau penjual harus menjual murah barang-barang tersebut dalam harga murah.

  1. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yang ditetapkan pemerintah berpengaruh terhadap kondisi perekonomian dan regulasi keuangan bisnis para pengusaha. Bila kebijakan tersebut terlalu ketat, maka dampaknya cukup signifikan terhadap kondisi perekonomian. Sebagai contoh kebijakan moneter yang memengaruhi deflasi yakni saat pemerintah mengeluarkan kebijakan moneter untuk mengatasi inflasi. Bisa jadi persoalan inflasi akan teratasi namun persoalan baru muncul yakni deflasi.


  1. Jenis-Jenis Deflasi

Secara umum, jenis-jenis deflasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

  1. Deflasi Strategis

Deflasi strategi adalah deflasi yang timbul akibat adanya sebuah penetapan kebijakan. Kebijakan tersebut mengenai pengendalian gejala-gejala konsumsi yang berlebihan. Kondisi seperti ini diyakini bisa menekan kenaikan dari harga produk-produk di pasaran. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut ternyata tidak dapat menekan angka konsumsi yang berlebihan pada masyarakat. Akibatnya, justru akan menyebabkan penurunan harga. Penurunan harga tersebut justru semakin meningkatkan konsumsi dari masyarakat. Salah satu penyebab dari terjadinya deflasi strategis adalah karena ada kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral juga menjadi salah satu penyebab deflasi. Banyak sekali negara yang mengalami deflasi yang diakibatkan dari kebijakan Bank Sentralnya yang mengatur perekonomian di dalam negara tersebut.

Kebijakan tersebut adalah kebijakan yang dapat menurunkan tingkat suku bunga. Hal itu akan membuat konsumen mudah mendapatkan pinjaman dari bank. Hal itu juga akan membuat produsen dapat berlomba-lomba untuk menyimpang uang yang mereka punya di bank. Sembari menyimpang uang, mereka akan mengharapkan mendapatkan bunga yang besar. Akan tetapi, hal itu akan membuat peredaran uang menjadi langka. Setelah itu akan menyebabkan harga akan mengalami penurunan. Kemudian kondisi perekonomian negara tersebut tidak akan stabil. Deflasi yang terus menerus terjadi akan melumpuhkan aktivitas. Tertuama pada sektor industry dan manufaktur.


  1. Deflasi Sirkulasi

Deflasi ini dapat disebabkan karena kondisi yang tidak stabil di dalam sebuah kondisi perekonomian. Deflasi ini akan berlangsung dalam transisi kondisi ekonomi yang stabil menuju ekonomi merosot. Hal itu akan membuat kondisi menjadi meresahkan. Deflasi sirkulasi akan muncul karena konsumsi serta daya produksi yang ada di dalam negara tidak menunjukkan sebuah keseimbangan. Hal itu akan menyebabkan harga-harga produk mengalami penurunan. Penurunan harga tersebut terjadi di pasaran pada resesi ekonomi. Kondisi seperti ini diawali dengan adanya penurunan secara signifikan pada kebutuhan masyarakat oleh barang ekonomis yang dapat menimbulkan harga menjadi turun secara drastis.

Salah satu yang bisa menyebabkan hal ini terjadi karena produksi barang yang sama dalam jumlah yang cukup berlebihan. Contohnya seperti yang terjadi pada tahun 2008. Banyak negara-negara yang memproduksi minyak mentah dengan berlebihan. Hal itu sehingga menyebabkan harga minyak menjadi turun secara drastis. Bahkan tidak dapat dikendalikan. Hal itu kemudian membuat banyak negara mengalami deflasi akibat minyak tersebut.


  1. Dampak Deflasi

Dampak Positif

  • Masyarakat mendapatkan harga barang yang murah.

  • Membiasakan hidup hemat bagi masyarakat.

  • Nilai mata uang rupiah lebih menguat.

  • Munculnya kesadaran menabung bagi masyarakat agar bisa memenuhi kebutuhan.


Dampak Negatif

  • Kebijakan PHK besar-besaran sehingga banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan. Akibatnya tingkat pengangguran meningkat.

  • Pendapatan bisnis atau usaha menurun sebab harga barang menurun.

  • Kerugian yang dialami pemilik usaha menyebabkan cicilan kredit di bank macet.

  • Devisa atau pendapatan negara menurun sebab tarikan pajak menurun sebagai akibatt menurunnya pendapatan masyarakat.

  • Kegiatan perekonomian suatu negara mengalami resesi dan kemerosotan.

  • Produksi barang menurun karena permintaan dan daya beli terhadap barang yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja.

  • Mengakibatkan para investor menarik modalnya karena kegiatan jual beli lesu.


  1. Cara Mengatasi Deflasi

  1. Menerapkan Kebijakan Moneter

Pengambilan kebijakan moneter berwujud politik diskonto dapat membantu menormalisasi peredaran uang di pasar dengan menurunkan tingkat suku bunga. Ketika suku bunga naik, maka akan banyak orang berlomba-lomba untuk menabung dan tidak membelanjakan uangnya di pasar. Untuk mengatasi kondisi ini, pemerintah dapat menurunkan tingkat suku bunga sehingga mendorong masyarakat untuk memegang uang tunai. Dengan begitu, masyarakat dapat terdorong untuk membeli barang atau jasa yang diperlukan sehingga peredaran uang kembali normal.

  1.  Menerapkan Kebijakan Fiskal

Selain kebijakan moneter, pemerintah dapat menerapkan kebijakan fiskal untuk mengurangi efek deflasi pada perekonomian negara. Strategi yang dapat dilakukan di sini adalah memperbarui pemasukan dan pengeluaran negara untuk memperbaiki kondisi perekonomian.

  1. Menerapkan Kebijakan Nonmoneter

Di samping kebijakan moneter dan fiskal, terdapat jenis kebijakan nonmoneter yang perlu diterapkan untuk mengatasi deflasi. Kebijakan ini dibuat berdasarkan kesadaran tingkah laku masyarakat atau terjadi secara alamiah untuk diterapkan sesuai dengan kondisi ekonomi negara.



  1. PERBEDAAN INFLASI DAN DEFLASI

Deflasi dan inflasi merupakan dua fenomena ekonomi yang saling berkebalikan namun sama-sama memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian suatu negara. Deflasi mengacu pada penurunan tingkat harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode waktu tertentu. Sementara itu, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.

Perbedaan utama antara deflasi dan inflasi terletak pada arah pergerakan harga dan daya beli mata uang. Dalam kondisi deflasi, harga-harga cenderung turun dan nilai mata uang meningkat, sehingga daya beli masyarakat secara teoretis meningkat. Sebaliknya, inflasi ditandai dengan kenaikan harga-harga yang menyebabkan penurunan daya beli mata uang, di mana jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan sejumlah uang tertentu menjadi lebih sedikit.